Rendang (bahasa Minang: Randang)
adalah salah satu masakan tradisional
Minangkabau yang menggunakan daging dan santan kelapa sebagai bahan utama dengan kandungan bumbu
rempah-rempah yang kaya. Masakan dengan
citarasa yang pedas ini digemari oleh seluruh kalangan masyarakat, dan dapat
ditemukan di seluruh Rumah Makan Padang
di Indonesia, Malaysia, ataupun di negara lainnya.
Masakan ini kadang lebih dikenal dengan nama Rendang Padang, padahal
rendang merupakan masakan khas Minang secara umum.
Pada tahun 2011,
rendang dinobatkan sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s
50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN
International.
Rendang
memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi
tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat,[5] yaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari
empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang, yaitu:
- Dagiang (daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin Suku adat)
- Karambia (kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
- Lado (cabai), merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama
- Pemasak (bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam
tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap
perhelatan istimewa, seperti berbagai upacara adat Minangkabau,
kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam
tradisi Melayu, baik di Riau,
Jambi, Medan
atau Semenanjung Malaya,
rendang adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perhelatan keagamaan,
seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.
Asal-usul rendang ditelusuri berasal dari
Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada
sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai
acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga
telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni
memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari
Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau
asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan
Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas Andalas,
Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang
telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan
berlayar ke Malaka
untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan
memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai
bekal.”[6] Hal ini karena rendang kering
sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan
bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu
klasik seperti Hikayat
Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni
masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Rendang kian termahsyur dan tersebar luas jauh
melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau suku Minangkabau. Orang Minang
yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga, banyak di
antara mereka berwirausaha membuka Rumah Makan Padang
di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa dan
Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta hidangan
Minangkabau lainnya secara meluas.
Foto by google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar